Kamis, 16 Juni 2016

TEORI STRUKTUR MODAL


1)Teori Pendekatan Tradisional
Pendekatan Tradisional berpendapat akan adanya struktur modal yang optimal. Artinya Struktur Modal mempunyai pengaruh terhadap Nilai Perusahaan, dimana Struktur Modal dapat berubah-ubah agar bisa diperoleh nilai perusahaan yang optimal.
2)Teori Pendekatan Modigliani dan Miller
Teori MM tanpa pajak
Teori struktur modal modern yang pertama adalah teori Modigliani dan Miller (teori MM). Mereka berpendapat bahwa struktur modal tidak relevan atau tidak mempengaruhi nilai perusahaan. MM mengajukan beberapa asumsi untuk membangun teori mereka (Brigham dan Houston, 2001, p.31) yaitu:
a. Tidak terdapat agency cost.
b. Tidak ada pajak.
c. Investor dapat berhutang dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perusahaan
d. Investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen mengenai prospek perusahaan di masa depan
e. Tidak ada biaya kebangkrutan
f. Earning Before Interest and Taxes (EBIT) tidak dipengaruhi oleh penggunaan dari hutang.
g. Para investor adalah price-takers.
h. Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar (market value).


Teori MM dengan pajak.
Teori MM tanpa pajak dianggap tidak realistis dan kemudian MM memasukkan faktor pajak ke dalam teorinya. Pajak dibayarkan kepada pemerintah, yang berarti merupakan aliran kas keluar. Hutang bisa digunakan untuk menghemat pajak, karena bunga bisa dipakai sebagai pengurang pajak.

3) Teori Trade-Off dalam Struktur Modal
Menurut trade-off teory yang diungkapkan oleh Myers (2001), “Perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu, dimana penghematan pajak (tax shields) dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress)” (p.81). Biaya kesulitan keuangan (Financial distress) adalah biaya kebangkrutan (bankruptcy costs) atau reorganization, dan biaya keagenan (agency costs) yang meningkat akibat dari
turunnya kredibilitas suatu perusahaan. Trade-off theory dalam menentukan struktur modal yang optimal memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan (agency costs) dan biaya kesulitan keuangan (financial distress) tetapi tetap mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symmetric information sebagai imbangan dan manfaat penggunaan hutang. Tingkat hutang yang optimal tercapai ketika penghematan pajak (tax shields) mencapai jumlah yang maksimal terhadap biaya kesulitan keuangan (costs of financial distress). Trade-off theory mempunyai implikasi bahwa manajer akan berpikir dalam kerangka trade-off antara penghematan pajak dan biaya kesulitan keuangan dalam penentuan struktur modal. Perusahaan-perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi tentu akan berusaha mengurangi pajaknya dengan cara meningkatkan rasio hutangnya, sehingga tambahan hutang tersebut akan mengurangi pajak. Dalam kenyataannya jarang manajer keuangan yang berpikir demikian. Donaldson (1961) melakukan pengamatan terhadap perilaku struktur modal perusahaan di Amerika Serikat. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi cenderung rasio hutangnya rendah. Hal ini berlawanan dengan pendapat trade-off theory. Trade-off theory tidak dapat menjelaskan korelasi negatif antara tingkat profitabilitas dan rasio hutang.

4)Teori Pecking Order

Menurut Myers (1984), pecking order theory menyatakan bahwa ”Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya rendah, dikarenakan perusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki sumber dana internal yang berlimpah.” Dalam pecking order theory ini tidak terdapat struktur modal yang optimal. Secara spesifik perusahaan mempunyai urut-urutan preferensi (hierarki) dalam penggunaan dana. Menurut pecking order theory dikutip oleh Smart, Megginson, dan Gitman (2004, p.458-459), terdapat skenario urutan (hierarki) dalam memilih sumber pendanaan, yaitu :

1. Perusahaan lebih memilih untuk menggunakan sumber dana dari dalam atau pendanaan internal daripada pendanaan eksternal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba ditahan yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan.

2. Jika pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan memilih pertama kali mulai dari sekuritas yang paling aman, yaitu hutang yang paling rendah risikonya, turun ke hutang yang lebih berisiko, sekuritas hybrid seperti obligasi konversi, saham preferen, dan yang terakhir saham biasa.

3. Terdapat kebijakan deviden yang konstan, yaitu perusahaan akan menetapkan jumlah pembayaran deviden yang konstan, tidak terpengaruh seberapa besarnya perusahaan tersebut untung atau rugi.

4. Untuk mengantisipasi kekurangan persediaan kas karena adanya kebijakan deviden yang konstan dan fluktuasi dari tingkat keuntungan, serta kesempatan investasi, maka perusahaan akan mengambil portofolio investasi yang lancar tersedia. Pecking order theory tidak mengindikasikan target struktur modal. Pecking order theory menjelaskan urut-urutan pendanaan. Manajer keuangan tidak memperhitungkan tingkat hutang yang optimal. Kebutuhan dana ditentukan oleh kebutuhan investasi. Pecking order theory ini dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang kecil.


Dalam kenyataannya, terdapat perusahaan-perusahaan yang dalam menggunakan dana untuk kebutuhan investasinya tidak sesuai seperti skenario urutan (hierarki) yang disebutkan dalam pecking order theory. Penelitian yang dilakukan oleh Singh dan Hamid (1992) dan Singh (1995) menyatakan bahwa “Perusahaan-perusahaan di negara berkembang lebih memilih untuk menerbitkan ekuitas daripada berhutang dalam membiayai perusahaannya.” Hal ini berlawanan dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa perusahaan akan memilih untuk menerbitkan hutang terlebih dahulu daripada menerbitkan saham pada saat membutuhkan pendanaan eksternal.

5) Teori Asimetri Informasi dan Signaling
Teori ini mengatakan bahwa dalam pihak pihak yang berkaitan dengan perusahaan tidak mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan resiko perusahaan. Pihak tertentu mempunyai informasi yang lebih dari pihak lainnya.
Teori ini terdiri dari Teori :
•Myers dan Majluf
Menurut Teori ini ada asimetri informasi antara manger dengan pihak luar. Manager mempunyai informasi yang lebih lengkap mengenai kondisi perusahaan dibandingan pihak luar.
•Signaling
Mengembangkan model dimana struktur modal (penggunaan hutang) merupakan signal yang disampaikan oleh manager ke pasar. Jika manager mempunyai keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan karenanya ingin agar saham tersebut meningkat, ia ingin megkomunikasikan hal tersebut kepada investor. Manager bisa menggunakan hutang lebih banyak sebagai signal yang lebih credible. Karena perusahaan yang meningkatkan hutang bisa dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan di masa mendatang. Investor diharapkan akan menangkap signal tersebut, signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik.

6) Teori Keagenan (Agency Approach)
Menurut pendekatan ini, struktur modal disusun untuk mengurangi konflik antar berbagai kelompok kepentingan. Konflik antara pemegang saham dengan manager adalah konsep free-cash flow. Ada kecenderungan manager ingin menahan sumber daya sehingga mempunyai control atas sumber daya tersebut. Hutang bisa dianggap sebagai cara untuk mengurangi konflik leagenan free cash flow. Jika perusahaan menggunakan hutang, maka manager akan dipaksa untuk mengeluarkan kas dari perusahaan untuk membayar bunga.

Sumber : Bringham & Houston, 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Buku 2, Jakarta : Salemba Empat.

STRUKTUR MODAL

Struktur Modal Sasaran adalah kombinasi antara utang, saham preferen, dan saham ekuitas yang digunakan perusahaan untuk merencanakan mendapatkan modal. Kebijakan struktur modal melibatkan adanya suatu pertukaran antara resiko dalam pengambilan.Pengunaan lebih banyak utang akan meningkatkan resiko yang ditanggung oleh para pemegang sahamNamun penggunaan utang yang lebih besar biasanya akan menyebabkan terjadinya eskpektasi tingkat pengembalian atas ekuitas yang lebih tinggiResiko yang lebih tinggi akan menurunkan harga saham, tetapi eskpektasi tingkat pengembalian yang lebih tinggi akan kenikannya. Karena itu, struktur modal yang optimal harus mencapai suatu keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga dapat memaksimalkan harga saham perusahaan.

Empat factor yang dapat mempengaruhi keputusan struktur modal adalah :
·         Resiko bisnis
·         Posisi perpajakan
·         Fleksibilitas keuangan
·         Konservatisme atau keagresifan manajemen
Resiko Bisnis dan Keuangan
Resiko bisnis adalah tingkat resiko yang inhern di dalam operasi sebuah perusahaan jika perusahaan tidak memiliki utang

ROIC = NOPAT/Modal
=(Laba pemegang saham biasa + pembayaran bunga setelah pajak) / Modal
NOPAT disini adalah laba operasi bersih setelah pajak dan modal adalah jumlah dari utang dan ekuitas biasa saham.
Jika perusahaan tidak memiliki utang maka pembayaran bunganya akan nol, modalnya akan sama dengan ekuitas dan nilai ROICnya akan sama dengan pengambilan atas ekuitasnya, ROE :

ROIC (utang nol) = ROE = Laba bersih pemegang saham biasa/ekuitas biasa

Jadi, risiko bisnis perusahaan yang bebas pengungkitan (leverage free) dapat diukur oleh deviasi standar nilai ROEnya.Resiko bisnis tergantung pada sejumlah factor, dimana factor-faktor yang penting adalah :
Variabilitas perusahaan. 
Semakin stabil permintaan akan produk, jk hal ini dianggap konstan maka semakin rendah risiko bisnisnya.Variabilitas harga jual. Perusahaan yang menjual produknya di pasar yang tidak stabil terkena resiko bisnis yang lebih tinggi.Variabilitas biaya input. Perusahaan yang inputnya tidak pasti akan terkena resiko bisnis yang lebih tinggi.Kemampuan untuk menyesuaikan harga output untuk perubahan-perubahan pada biaya input. Semakin besar kemampuan menyesuaikan harga output untuk mencerminkan kondisi biaya, semakin randah resiko bisnisnya.Kemampuan untukmengembangkan produk-produk baru pada waktu yang tepat dan efektif dalam hal biaya. Semakin cepat produknya menjadi usang maka semakin besar resiko bisnisnya.
Ekspour resiko asing.
Perusahaan yang menghasilkan sebagian besar labanya dari operasi luar negeri dapat terkena penurunan laba akibat fluktuasi nilai tukar.
Komposisi biaya tetap.
 Jika sebagian besar biayanya adalah biaya tetap sehingga akibat tidak mengalami penurunan ketika permintaan turun, maka tekena resiko bisnis yang relative tinggi.
Leverage Operasi
adalah tingkat sampai sejauh mana biaya-biaya tetap digunakan didalam operasi sebuah perusahaan.

Titik impas adalah jumlah output saat EBIT = 0
Kita dapat menghitung titik impas dengan mengetahui bahwa titik impas operasi terjadi ketika ROE = 0 atau ketika laba sebelum pajak (EBIT) = 0.3

EBIT = PQ - VQ – F = 0
Disini P adalah harga jual rata-rata per unit output, Q adalah unit output, V adalah biaya variable per unit dan F adalah biaya tetap per unit. Maka jika mencari
titik impas QBE = F / (P-V)

Resiko Keuangan
adalah tambahan resiko yang dibebankan kepada para pemegang saham biasa sebagai hasil dari keputusan untuk mendapatkan pendanaan melalui utang.

Leverage Keuangan
adalah tingkat sampai sejauh mana sekuritas dengan laba tetap (utang dan saham preferen) digunakan dalam struktur modal sebuah perusahaan.

Menentukan Struktur Modal Yang Optimal
Struktur modal optimal adalah struktur yang memaksimalkan harga dari saham perusahaan, dalam hal ini biasanya meminta rasio utang lebih rendah dari pada rasio yang memaksimalkan EPS yang diharapkan.

WACC dan Perubahan Struktur Modal
Para manajer hendaknya memilih struktur modal yang akan memaksimalkan harga saham perusahaan. Suatu perusahaan dalm struktur modal akan mempengaruhi harga saham adalah suatu hal yang sulit. Namun ternyata diketahui bahwa struktur modal yang dapat memaksimalkan harga saham adalah struktur yang dapat meminimalkan WACC. Nilai WACC akan diperhitungkan sebagai berikut :

WACC = Wd (Kd) (1-T) + Wc (Ks)
= (D/A) (Kd) (1-T) + (E/A) (Ks)

Dalam perhitungan ini, D/A dan E/A adalah rasio utang dan ekuitas, dan jumlah keduanya adalah 1,0.

Teori Pertukaran
Eori pertukaran leverage dimana perusahaan menukarkan keuntungan-keuntungan pendanaan mellui utang (perlakuan pajak perusahaan yang menguntungkan)

Teori Persinyalan
Sinyal adalah suatu tindakan yang diambil oleh manajeen perusahaan yang memberikan petunjuk kepada para investor mengenai bagaimana cara pandang manajemen terhadap prospek perusahaan.

Investor memiliki informasi yang sama tentang prospek sebuah perusahaan seperti para manajernya hal ini disebut informasi simetris Namun kenyataannya, para manajer sering kali memiliki informasi yang lebih baik daripada investor pihak luar. Hal ini disebut informasi asimetris, namun memiliki pengaruh yang penting terhadap struktur modal yang optimal.

Menggunakan Pendanaan Utang Untuk Membatasi Manajer
Telah dinyatakan bahwa masalah keageman apat terjadi jika manajer dan pemegang saham memiliki tujuan yang berbeda. Konflik seperti ini khususnya memungkunkan besar terjadi ketika para manajer sebuah perusahaan memiliki terlalu banyak uang yang dapat mereka gunakan.


Daftar Periksa Untuk Keputusan Struktur Modal
Perusahaan umumnya memperhitungkan factor-faktor berikut ketika membuat keputusan pasar modal :
Stabilitas Penjualan. Sebuah perusahaan yang penjualannya relative stabil dapat dengan aman mengambil lebih banyak utang dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dari pada perusahaan dengan penjuala yang tidak stabil.
Struktur Aktiva. Perusahaan cocok sebagai jaminan atas pinjaman cenderung lebih banyak menggunakan utang.
Leverage Operasi. Perusahaan dengan leverage operasi lebih sedikit memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menerapkan leverage keuangan kerena tersebut akan memiliki resiko bisnis yang lebih kecil
Tingkat Pertumbuhan. Perusahaan yang tumbuh dengan cepat harus lebih banyak mengandalkan diri pada modal eksternal.
Profitabilitas. Perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian atas investasi yang sangat tinggi menggunakan utang yang relative sedikit.
Pajak. Bunga adalah beban yang dapat menjadi pengurang pajak, dan pengurang pajak adalah hal yang sangat berharga bagi perusahaan dengan tarif pajak yang tinggi.
Pengendalian. Dampak utang versus saham pada posisi pengendalian manajemen dapat mempengaruhi struktur modal .
Sikap manajemen. Karena tidak ada yang dapat membuktikan bahwa satu struktur modal akan mengarah pada harga saham yang lebih tinggi dari pada struktur modal yang lainnya, manajemen dapt menerapkan pertimbangan mereka sendiri atas struktur modal yang tepat.
Sikap Pemberi pinjaman dan agen pemberi pengikat. Tanpa melihat analisis para manajer atas factor-faktor leverage yang tepat bagi perusahaan mereka sendiri perilaku pemberi pinjaman dan agen pemberi pengikat sering kali mempengaruhi keputusan struktur keuangan.
Kondisi pasar. Kondisi pasar dan obligasi yang mengalami perubahan dlam baik jangka panjang maupun jangka pendek dapat memberikan arti yang penting pada truktur modal sebuh perusahaan yang optimal
Kondisi internal perusahaan. Kondisi internal perusahaan sangat berpengaruh ada struktur modalnya sebagai contoh misalkan sebuah perusahaan baru saja melakukan sebuah penelitian dan pengembangan dengan sukse dan perusahaan tersebut meramalkan keuntungan yang tinggi dalam waktu yang tidak lama lagi
Melihat semua pemikiran diatas memberikan arti penting pada tujuan manjaga fleksibilitas keuangan, yang dilihat dari sudut panjang operasional, artinya menjaga kapasitas pinjaman cadangan yang memadai.



JENIS-JENIS KEPUTUSAN INVESTASI MODAL BESERTA CONTOH KASUS


Keputusan investasi modal (capital investmen decisions) berkaitan dengan proses perencanaan, penetapan tujuan, dan prioritas, pengaturan pendanaan, dan penggunaan kriteria tertentu untuk memilih aktiva jangka panjang. Karena keputusan investasi modal menmpatkan sebagian sumber daya perusahaan pada resiko, sehingga keputusan investasi modal adalah keputusan yang amat penting yang diambil oleh para manajer.
Proses pengambilan keputusan investasi modal sering kali desebut sebagai penganggaran modal (capital budgeting). Jenis dari pengaggaran modal itu sendiri ada dua, yaitu;
a. Proyek Independen (Independent project)
Adalah proyek investasi modal yang tidak berkaitan satu dengan yang lainnya. Jadi apabila ada proyek yang diterima atau ditolak tidak akan berpengaruh terhadap protek yang lainnya.
b. Proyek Saling Eksklusif (Mutualy exclusive project)
Proyek ini mengharuskan perusahaan untuk memilih salah satu alternatif yang saling bersaing untuk menyediakan jasa dasar yang sama. Penerimaan salah satu protek akan menghalangi proyek lainnya.
Keputusan investasi modal sering kali berkaitan dengan masalah investasi dalam aktiva modal jangka panjang. Pada umumnya investasi modal yang baik akan menghasilkan kembali modal awal sepanjang umurnya dan pada saat yang sama menghasilkan pengembalian yang cukup atas investasi awal. Jadi salah satu tugas manajer adalah memutuskan apakah suatu investasi modal akan menghasilkan kembali sumber daya awalnya atau tidak, dan memberikan pengembalian yang wajar. Dengan membuat penilaian ini, seorang manajer dapat memutuskan diterima tidaknya proyek-proyek independen dan membandingakan proyek-proyek yang saling bersaing berdasarkan keunggulan ekonomisnya.
Untuk membuat keputusan investasi modal, seorang manajer harus mengestimasi jumlah dan waktu arus kas, menilai resiko investasi, dan mempertimbangkan dampak proyek terhadap laba perusahaan. Para manajer juga harus menetapkan tujuan dan prioritas dari investasi modal serta harus mengidentifikasi beberapa kriteria dasar atas penerimaan dan penolakan investasi yang diusulkan. Ada beberapa metoda yang digunakan oleh manajer untuk menunjukan mana proyek yang harus diterima dan mana yang harus ditolak, diantaranya adalah metoda non-diskonto dan metoda diskonto.
A. Model Non-Diskonto
Model non diskonto adalah model yang mengabaikan nilai waktu dari uang.
1. Perioda Pengembalian
Perioda pengembalian (payback periods) adalah waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk memperoleh kembali investasi awalnya.
Apabila arus kas dari suatu proyek diasumsikan tetap jumlahnya, maka rumus berikut dapat digunakan:
Perioda pengembalian = Investasi semula / Arus Kas Tahunan
Akan tetapi, jika arus kas tidak tetap jumlahnya maka perioda pengembalian dihitung dengan menambahkan arus kas tahunan sampai waktu ketika investasi awal diperoleh kembali.
Salah satu cara untuk menggunakan perioda pengembalian adalah dengan menetapkan suatu perioda pengembalian maksimum pada seluruh proyek dan menolak setiap proyek yang melewati tingkat ini. Dan perioda pengembalian ini dapat digunakan sebagai ukuran dari resiko, dengan pengertian bahwa semakin lama suatu proyek menghasilkan uang semakin beresiko proyek tersebut.
Perioda pengembalian dapat digunakan untuk memilih alternatif-alternatif yang saling bersaing. Menurut pendekatan ini, investasi dengan perioda pengembalian terpendek lebih disukai dari pada investasi dengan periode pengembalian yang lebih panjang. Berikut adalah beberapa hal yang dapat diambil oleh para manajer dengan menggunakan metoda non diskonto perioda pengembalian:
a. Membantu mengendalikan resiko yang berhubungan dengan ketidakpastian arus kas masa depan.
b. Membantu meminimalkan dampak investasi terhadap masalah likuiditas perusahaan.
c. Membantu mengendalikan resiko keuangan.
d. Membantu mengandalikan pengaruh investasi terhadap ukuran kinerja.
Namun, penggunaan perioda pengembalian kurang dapat dipertahankan karena ukuran ini memiliki dua kelemahan utama, yaitu;
a. Mengabaikan kinerja investasi yang melewati perioda pengembalian
b. Mengabaikan nilai waktu uang.
2. Tingkat Pengembalian Akuntansi
Tingkat pengembalian akuntansi merupakan model non diskonto kedua yang umum digunakan. Tingkat pengembalian akuntansi mengukur pengembalian atas suatu proyek dalam kerangka laba, bukan dari arus kas proyek.
Rumus perhitungan tingkat pengembalian akuntansi adalah sebagai berikut :
Tingkat pengembalian akuntansi : Laba rata-rata/Investasi awal atau rata-rata
Investasi rata-rata : (Investasi awal + Nilai Sisa)/2
B. Model Diskonto
Model ini secara eksplisit mempertimbangkan nilai waktu dari uang dan memasukan konsep diskonto arus kas masuk dan arus kas keluar.
- Nilai Bersih Sekarang (Nev Present Value/NPV)
Adalah selisih antara nilai sekarang dari arus kas masuk dan arus kas keluar yang berhubungan dengan suatu proyek .
NPV = [(ΣCFt/(1+i)t] – I
= [ΣCFtdft] – I
= P – I
Dimana,
I : Nilai Sekarang dari biaya proyek
CFt : Arus kas masuk yang diterima dalam perioda t , dengan t= 1
n : Umur manfaat proyek
i : tingkat pengembalian yang diperlukan (required rate of return), yaitu adalah tingkat pengembalian minimum yang dapat diterima, hal itu juga disebut sebagai tingkat diskonto, tingkat rintangan, atau tingkat batas, dan biaya modal.
t : Perioda waktu
P : Nilai sekarang dari arus kas masuk proyek di masa depan.
Nilai NPV positif menandakan bahwa :
1. Investasi awal telah tertutupi
2. Tingkat pengembalian yang diperlukan telah dipenuhi
3. Pengembalian yang melebihi (1) dan (2) telah diterima.
Jadi jika NPV lebih besar dari pada nol maka investasi itu menguntungkan dan dapat diterima. Begitu sebaliknya apabila kurang dari nol.
Contoh Kasus:
1.      sebuah proyek memerlukan investasi Rp10.000.000 dan akan
memberikan return Rp12.000.000 setelah satu tahun. Berapakah IRR-nya?
Rp12.000.000
/(1 + i) = Rp10.000.000
1 + i
 = 1.2
i
 = 0.20
2.      Aloha Company ingin membeli mesin otomatis yang menggunakan teknologi
komputerisasi terbaru. Pembelian mesin otomatis tersebut memerlukan biaya
sebesar Rp2.400.000,00. Mesin tersebut dianggap memiliki umur ekonomis
selama 5 tahun tanpa adanya nilai residual. Setiap tahunnya, Aloha mengharapkan
pendapatan kas sebesar Rp3.900.000,00 dan pengeluaran kas sebesar Rp
3.000.000,00. Diminta:
a.      Hitunglah payback period untuk mesin otomatis tersebut!
b.  Hitunglah ARR (accounting rate of return) dengan menggunakan (1) investasi
awal dan (2) investasi rata-rata!
c.      Hitunglah NPV dengan asumsi tingkat return yang diharapkan 10%!
d.      Hitungkah IRR mesin otomatis!
e.       Apakah sebaiknya Aloha Company membeli mesin tersebut?

Jawab:
Arus kas bersih/tahun = arus kas masuk - arus kas keluar
= Rp3.900.000 - Rp3.000.000
= Rp900.000,00 per tahun
a.      Payback period = Rp2.400.000/Rp900.000 per tahun
= 2,67 tahun
= 2 tahun 8 bulan
b.      Penyusutan=Rp2.400.000/5tahun=Rp480.000,00/tahun
Laba bersih = arus kas/tahun - penyusutan
= Rp900.000 - Rp480.000
= Rp420.000,00
(1)  ARR (investasi awal) = Rp420.000/Rp2.400.000 = 17,5%
(2)  ARR (investasi rata-rata) = Rp420.000/(Rp2.400.000/2) = 35%
c. NPV
(1) Menggunakan tingkat diskonto yang tersedia di tabel (faktor diskonto
10%) atau menghitung dengan kalkulator sesuai dengan rumus: CFt/(1 + i)
Tahun
Arus Kas
Faktor Diskonto
Nilai Sekarang
0
(Rp2.400.000)
1,00
(Rp2.400.000)
1
Rp900.000
0,909
Rp818.100
2
Rp900.000
0,826
Rp743.400
3
Rp900.000
0,751
Rp675.900
4
Rp900.000
0,683
Rp614.700
5
Rp900.000
0,621
Rp558.900
Total arus kas masuk
Rp3.411.000
NPV
Rp1.011.000

(2) Menggunakan faktor diskonto tunggal (koefisien anuitas)
Tahun
Arus Kas
Faktor Diskonto
Nilai Sekarang
0
(Rp2.400.000)
1,00
(Rp2.400.000)
1-5
Rp900.000
3,791
Rp3.411.900
NPV
Rp1.011.900[1]


Diketahui bahwa faktor diskonto adalah 2,67. Selanjutnya karena investasi ini
mempunyai periode 5 tahun maka kita mencarinya di tabel diskonto pada baris
kelima. Kita temukan bahwa nilai 2,67 berada di antara nilai 2,745 (diskonto
24%) dan 2,635 (diskonto 26%). Dengan demikian faktor diskonto dari
investasi ini adalah antara 24% - 26% dengan kecenderungan mendekati 26%.
e. Dengan memperhatikan perhitungan terhadap return investasi dengan berbagai
metode, antara lain: periode pengembalian 2 tahun 8 bulan, ARR investasi
awal 17,5 dan ARR investasi rata-rata 35%, NPV positif sebesar Rp1.011.000,
IRR mendekati 26% (lebih besar dari return yang diharapkan, yaitu 10%),
maka sebaiknya Aloha Company membeli mesin otomatis tersebut.



Kamis, 16 Juni 2016

TEORI STRUKTUR MODAL


1)Teori Pendekatan Tradisional
Pendekatan Tradisional berpendapat akan adanya struktur modal yang optimal. Artinya Struktur Modal mempunyai pengaruh terhadap Nilai Perusahaan, dimana Struktur Modal dapat berubah-ubah agar bisa diperoleh nilai perusahaan yang optimal.
2)Teori Pendekatan Modigliani dan Miller
Teori MM tanpa pajak
Teori struktur modal modern yang pertama adalah teori Modigliani dan Miller (teori MM). Mereka berpendapat bahwa struktur modal tidak relevan atau tidak mempengaruhi nilai perusahaan. MM mengajukan beberapa asumsi untuk membangun teori mereka (Brigham dan Houston, 2001, p.31) yaitu:
a. Tidak terdapat agency cost.
b. Tidak ada pajak.
c. Investor dapat berhutang dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perusahaan
d. Investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen mengenai prospek perusahaan di masa depan
e. Tidak ada biaya kebangkrutan
f. Earning Before Interest and Taxes (EBIT) tidak dipengaruhi oleh penggunaan dari hutang.
g. Para investor adalah price-takers.
h. Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar (market value).


Teori MM dengan pajak.
Teori MM tanpa pajak dianggap tidak realistis dan kemudian MM memasukkan faktor pajak ke dalam teorinya. Pajak dibayarkan kepada pemerintah, yang berarti merupakan aliran kas keluar. Hutang bisa digunakan untuk menghemat pajak, karena bunga bisa dipakai sebagai pengurang pajak.

3) Teori Trade-Off dalam Struktur Modal
Menurut trade-off teory yang diungkapkan oleh Myers (2001), “Perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu, dimana penghematan pajak (tax shields) dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress)” (p.81). Biaya kesulitan keuangan (Financial distress) adalah biaya kebangkrutan (bankruptcy costs) atau reorganization, dan biaya keagenan (agency costs) yang meningkat akibat dari
turunnya kredibilitas suatu perusahaan. Trade-off theory dalam menentukan struktur modal yang optimal memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan (agency costs) dan biaya kesulitan keuangan (financial distress) tetapi tetap mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symmetric information sebagai imbangan dan manfaat penggunaan hutang. Tingkat hutang yang optimal tercapai ketika penghematan pajak (tax shields) mencapai jumlah yang maksimal terhadap biaya kesulitan keuangan (costs of financial distress). Trade-off theory mempunyai implikasi bahwa manajer akan berpikir dalam kerangka trade-off antara penghematan pajak dan biaya kesulitan keuangan dalam penentuan struktur modal. Perusahaan-perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi tentu akan berusaha mengurangi pajaknya dengan cara meningkatkan rasio hutangnya, sehingga tambahan hutang tersebut akan mengurangi pajak. Dalam kenyataannya jarang manajer keuangan yang berpikir demikian. Donaldson (1961) melakukan pengamatan terhadap perilaku struktur modal perusahaan di Amerika Serikat. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi cenderung rasio hutangnya rendah. Hal ini berlawanan dengan pendapat trade-off theory. Trade-off theory tidak dapat menjelaskan korelasi negatif antara tingkat profitabilitas dan rasio hutang.

4)Teori Pecking Order

Menurut Myers (1984), pecking order theory menyatakan bahwa ”Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya rendah, dikarenakan perusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki sumber dana internal yang berlimpah.” Dalam pecking order theory ini tidak terdapat struktur modal yang optimal. Secara spesifik perusahaan mempunyai urut-urutan preferensi (hierarki) dalam penggunaan dana. Menurut pecking order theory dikutip oleh Smart, Megginson, dan Gitman (2004, p.458-459), terdapat skenario urutan (hierarki) dalam memilih sumber pendanaan, yaitu :

1. Perusahaan lebih memilih untuk menggunakan sumber dana dari dalam atau pendanaan internal daripada pendanaan eksternal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba ditahan yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan.

2. Jika pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan memilih pertama kali mulai dari sekuritas yang paling aman, yaitu hutang yang paling rendah risikonya, turun ke hutang yang lebih berisiko, sekuritas hybrid seperti obligasi konversi, saham preferen, dan yang terakhir saham biasa.

3. Terdapat kebijakan deviden yang konstan, yaitu perusahaan akan menetapkan jumlah pembayaran deviden yang konstan, tidak terpengaruh seberapa besarnya perusahaan tersebut untung atau rugi.

4. Untuk mengantisipasi kekurangan persediaan kas karena adanya kebijakan deviden yang konstan dan fluktuasi dari tingkat keuntungan, serta kesempatan investasi, maka perusahaan akan mengambil portofolio investasi yang lancar tersedia. Pecking order theory tidak mengindikasikan target struktur modal. Pecking order theory menjelaskan urut-urutan pendanaan. Manajer keuangan tidak memperhitungkan tingkat hutang yang optimal. Kebutuhan dana ditentukan oleh kebutuhan investasi. Pecking order theory ini dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang kecil.


Dalam kenyataannya, terdapat perusahaan-perusahaan yang dalam menggunakan dana untuk kebutuhan investasinya tidak sesuai seperti skenario urutan (hierarki) yang disebutkan dalam pecking order theory. Penelitian yang dilakukan oleh Singh dan Hamid (1992) dan Singh (1995) menyatakan bahwa “Perusahaan-perusahaan di negara berkembang lebih memilih untuk menerbitkan ekuitas daripada berhutang dalam membiayai perusahaannya.” Hal ini berlawanan dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa perusahaan akan memilih untuk menerbitkan hutang terlebih dahulu daripada menerbitkan saham pada saat membutuhkan pendanaan eksternal.

5) Teori Asimetri Informasi dan Signaling
Teori ini mengatakan bahwa dalam pihak pihak yang berkaitan dengan perusahaan tidak mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan resiko perusahaan. Pihak tertentu mempunyai informasi yang lebih dari pihak lainnya.
Teori ini terdiri dari Teori :
•Myers dan Majluf
Menurut Teori ini ada asimetri informasi antara manger dengan pihak luar. Manager mempunyai informasi yang lebih lengkap mengenai kondisi perusahaan dibandingan pihak luar.
•Signaling
Mengembangkan model dimana struktur modal (penggunaan hutang) merupakan signal yang disampaikan oleh manager ke pasar. Jika manager mempunyai keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan karenanya ingin agar saham tersebut meningkat, ia ingin megkomunikasikan hal tersebut kepada investor. Manager bisa menggunakan hutang lebih banyak sebagai signal yang lebih credible. Karena perusahaan yang meningkatkan hutang bisa dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan di masa mendatang. Investor diharapkan akan menangkap signal tersebut, signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik.

6) Teori Keagenan (Agency Approach)
Menurut pendekatan ini, struktur modal disusun untuk mengurangi konflik antar berbagai kelompok kepentingan. Konflik antara pemegang saham dengan manager adalah konsep free-cash flow. Ada kecenderungan manager ingin menahan sumber daya sehingga mempunyai control atas sumber daya tersebut. Hutang bisa dianggap sebagai cara untuk mengurangi konflik leagenan free cash flow. Jika perusahaan menggunakan hutang, maka manager akan dipaksa untuk mengeluarkan kas dari perusahaan untuk membayar bunga.

Sumber : Bringham & Houston, 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Buku 2, Jakarta : Salemba Empat.

STRUKTUR MODAL

Struktur Modal Sasaran adalah kombinasi antara utang, saham preferen, dan saham ekuitas yang digunakan perusahaan untuk merencanakan mendapatkan modal. Kebijakan struktur modal melibatkan adanya suatu pertukaran antara resiko dalam pengambilan.Pengunaan lebih banyak utang akan meningkatkan resiko yang ditanggung oleh para pemegang sahamNamun penggunaan utang yang lebih besar biasanya akan menyebabkan terjadinya eskpektasi tingkat pengembalian atas ekuitas yang lebih tinggiResiko yang lebih tinggi akan menurunkan harga saham, tetapi eskpektasi tingkat pengembalian yang lebih tinggi akan kenikannya. Karena itu, struktur modal yang optimal harus mencapai suatu keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga dapat memaksimalkan harga saham perusahaan.

Empat factor yang dapat mempengaruhi keputusan struktur modal adalah :
·         Resiko bisnis
·         Posisi perpajakan
·         Fleksibilitas keuangan
·         Konservatisme atau keagresifan manajemen
Resiko Bisnis dan Keuangan
Resiko bisnis adalah tingkat resiko yang inhern di dalam operasi sebuah perusahaan jika perusahaan tidak memiliki utang

ROIC = NOPAT/Modal
=(Laba pemegang saham biasa + pembayaran bunga setelah pajak) / Modal
NOPAT disini adalah laba operasi bersih setelah pajak dan modal adalah jumlah dari utang dan ekuitas biasa saham.
Jika perusahaan tidak memiliki utang maka pembayaran bunganya akan nol, modalnya akan sama dengan ekuitas dan nilai ROICnya akan sama dengan pengambilan atas ekuitasnya, ROE :

ROIC (utang nol) = ROE = Laba bersih pemegang saham biasa/ekuitas biasa

Jadi, risiko bisnis perusahaan yang bebas pengungkitan (leverage free) dapat diukur oleh deviasi standar nilai ROEnya.Resiko bisnis tergantung pada sejumlah factor, dimana factor-faktor yang penting adalah :
Variabilitas perusahaan. 
Semakin stabil permintaan akan produk, jk hal ini dianggap konstan maka semakin rendah risiko bisnisnya.Variabilitas harga jual. Perusahaan yang menjual produknya di pasar yang tidak stabil terkena resiko bisnis yang lebih tinggi.Variabilitas biaya input. Perusahaan yang inputnya tidak pasti akan terkena resiko bisnis yang lebih tinggi.Kemampuan untuk menyesuaikan harga output untuk perubahan-perubahan pada biaya input. Semakin besar kemampuan menyesuaikan harga output untuk mencerminkan kondisi biaya, semakin randah resiko bisnisnya.Kemampuan untukmengembangkan produk-produk baru pada waktu yang tepat dan efektif dalam hal biaya. Semakin cepat produknya menjadi usang maka semakin besar resiko bisnisnya.
Ekspour resiko asing.
Perusahaan yang menghasilkan sebagian besar labanya dari operasi luar negeri dapat terkena penurunan laba akibat fluktuasi nilai tukar.
Komposisi biaya tetap.
 Jika sebagian besar biayanya adalah biaya tetap sehingga akibat tidak mengalami penurunan ketika permintaan turun, maka tekena resiko bisnis yang relative tinggi.
Leverage Operasi
adalah tingkat sampai sejauh mana biaya-biaya tetap digunakan didalam operasi sebuah perusahaan.

Titik impas adalah jumlah output saat EBIT = 0
Kita dapat menghitung titik impas dengan mengetahui bahwa titik impas operasi terjadi ketika ROE = 0 atau ketika laba sebelum pajak (EBIT) = 0.3

EBIT = PQ - VQ – F = 0
Disini P adalah harga jual rata-rata per unit output, Q adalah unit output, V adalah biaya variable per unit dan F adalah biaya tetap per unit. Maka jika mencari
titik impas QBE = F / (P-V)

Resiko Keuangan
adalah tambahan resiko yang dibebankan kepada para pemegang saham biasa sebagai hasil dari keputusan untuk mendapatkan pendanaan melalui utang.

Leverage Keuangan
adalah tingkat sampai sejauh mana sekuritas dengan laba tetap (utang dan saham preferen) digunakan dalam struktur modal sebuah perusahaan.

Menentukan Struktur Modal Yang Optimal
Struktur modal optimal adalah struktur yang memaksimalkan harga dari saham perusahaan, dalam hal ini biasanya meminta rasio utang lebih rendah dari pada rasio yang memaksimalkan EPS yang diharapkan.

WACC dan Perubahan Struktur Modal
Para manajer hendaknya memilih struktur modal yang akan memaksimalkan harga saham perusahaan. Suatu perusahaan dalm struktur modal akan mempengaruhi harga saham adalah suatu hal yang sulit. Namun ternyata diketahui bahwa struktur modal yang dapat memaksimalkan harga saham adalah struktur yang dapat meminimalkan WACC. Nilai WACC akan diperhitungkan sebagai berikut :

WACC = Wd (Kd) (1-T) + Wc (Ks)
= (D/A) (Kd) (1-T) + (E/A) (Ks)

Dalam perhitungan ini, D/A dan E/A adalah rasio utang dan ekuitas, dan jumlah keduanya adalah 1,0.

Teori Pertukaran
Eori pertukaran leverage dimana perusahaan menukarkan keuntungan-keuntungan pendanaan mellui utang (perlakuan pajak perusahaan yang menguntungkan)

Teori Persinyalan
Sinyal adalah suatu tindakan yang diambil oleh manajeen perusahaan yang memberikan petunjuk kepada para investor mengenai bagaimana cara pandang manajemen terhadap prospek perusahaan.

Investor memiliki informasi yang sama tentang prospek sebuah perusahaan seperti para manajernya hal ini disebut informasi simetris Namun kenyataannya, para manajer sering kali memiliki informasi yang lebih baik daripada investor pihak luar. Hal ini disebut informasi asimetris, namun memiliki pengaruh yang penting terhadap struktur modal yang optimal.

Menggunakan Pendanaan Utang Untuk Membatasi Manajer
Telah dinyatakan bahwa masalah keageman apat terjadi jika manajer dan pemegang saham memiliki tujuan yang berbeda. Konflik seperti ini khususnya memungkunkan besar terjadi ketika para manajer sebuah perusahaan memiliki terlalu banyak uang yang dapat mereka gunakan.


Daftar Periksa Untuk Keputusan Struktur Modal
Perusahaan umumnya memperhitungkan factor-faktor berikut ketika membuat keputusan pasar modal :
Stabilitas Penjualan. Sebuah perusahaan yang penjualannya relative stabil dapat dengan aman mengambil lebih banyak utang dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dari pada perusahaan dengan penjuala yang tidak stabil.
Struktur Aktiva. Perusahaan cocok sebagai jaminan atas pinjaman cenderung lebih banyak menggunakan utang.
Leverage Operasi. Perusahaan dengan leverage operasi lebih sedikit memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menerapkan leverage keuangan kerena tersebut akan memiliki resiko bisnis yang lebih kecil
Tingkat Pertumbuhan. Perusahaan yang tumbuh dengan cepat harus lebih banyak mengandalkan diri pada modal eksternal.
Profitabilitas. Perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian atas investasi yang sangat tinggi menggunakan utang yang relative sedikit.
Pajak. Bunga adalah beban yang dapat menjadi pengurang pajak, dan pengurang pajak adalah hal yang sangat berharga bagi perusahaan dengan tarif pajak yang tinggi.
Pengendalian. Dampak utang versus saham pada posisi pengendalian manajemen dapat mempengaruhi struktur modal .
Sikap manajemen. Karena tidak ada yang dapat membuktikan bahwa satu struktur modal akan mengarah pada harga saham yang lebih tinggi dari pada struktur modal yang lainnya, manajemen dapt menerapkan pertimbangan mereka sendiri atas struktur modal yang tepat.
Sikap Pemberi pinjaman dan agen pemberi pengikat. Tanpa melihat analisis para manajer atas factor-faktor leverage yang tepat bagi perusahaan mereka sendiri perilaku pemberi pinjaman dan agen pemberi pengikat sering kali mempengaruhi keputusan struktur keuangan.
Kondisi pasar. Kondisi pasar dan obligasi yang mengalami perubahan dlam baik jangka panjang maupun jangka pendek dapat memberikan arti yang penting pada truktur modal sebuh perusahaan yang optimal
Kondisi internal perusahaan. Kondisi internal perusahaan sangat berpengaruh ada struktur modalnya sebagai contoh misalkan sebuah perusahaan baru saja melakukan sebuah penelitian dan pengembangan dengan sukse dan perusahaan tersebut meramalkan keuntungan yang tinggi dalam waktu yang tidak lama lagi
Melihat semua pemikiran diatas memberikan arti penting pada tujuan manjaga fleksibilitas keuangan, yang dilihat dari sudut panjang operasional, artinya menjaga kapasitas pinjaman cadangan yang memadai.



JENIS-JENIS KEPUTUSAN INVESTASI MODAL BESERTA CONTOH KASUS


Keputusan investasi modal (capital investmen decisions) berkaitan dengan proses perencanaan, penetapan tujuan, dan prioritas, pengaturan pendanaan, dan penggunaan kriteria tertentu untuk memilih aktiva jangka panjang. Karena keputusan investasi modal menmpatkan sebagian sumber daya perusahaan pada resiko, sehingga keputusan investasi modal adalah keputusan yang amat penting yang diambil oleh para manajer.
Proses pengambilan keputusan investasi modal sering kali desebut sebagai penganggaran modal (capital budgeting). Jenis dari pengaggaran modal itu sendiri ada dua, yaitu;
a. Proyek Independen (Independent project)
Adalah proyek investasi modal yang tidak berkaitan satu dengan yang lainnya. Jadi apabila ada proyek yang diterima atau ditolak tidak akan berpengaruh terhadap protek yang lainnya.
b. Proyek Saling Eksklusif (Mutualy exclusive project)
Proyek ini mengharuskan perusahaan untuk memilih salah satu alternatif yang saling bersaing untuk menyediakan jasa dasar yang sama. Penerimaan salah satu protek akan menghalangi proyek lainnya.
Keputusan investasi modal sering kali berkaitan dengan masalah investasi dalam aktiva modal jangka panjang. Pada umumnya investasi modal yang baik akan menghasilkan kembali modal awal sepanjang umurnya dan pada saat yang sama menghasilkan pengembalian yang cukup atas investasi awal. Jadi salah satu tugas manajer adalah memutuskan apakah suatu investasi modal akan menghasilkan kembali sumber daya awalnya atau tidak, dan memberikan pengembalian yang wajar. Dengan membuat penilaian ini, seorang manajer dapat memutuskan diterima tidaknya proyek-proyek independen dan membandingakan proyek-proyek yang saling bersaing berdasarkan keunggulan ekonomisnya.
Untuk membuat keputusan investasi modal, seorang manajer harus mengestimasi jumlah dan waktu arus kas, menilai resiko investasi, dan mempertimbangkan dampak proyek terhadap laba perusahaan. Para manajer juga harus menetapkan tujuan dan prioritas dari investasi modal serta harus mengidentifikasi beberapa kriteria dasar atas penerimaan dan penolakan investasi yang diusulkan. Ada beberapa metoda yang digunakan oleh manajer untuk menunjukan mana proyek yang harus diterima dan mana yang harus ditolak, diantaranya adalah metoda non-diskonto dan metoda diskonto.
A. Model Non-Diskonto
Model non diskonto adalah model yang mengabaikan nilai waktu dari uang.
1. Perioda Pengembalian
Perioda pengembalian (payback periods) adalah waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk memperoleh kembali investasi awalnya.
Apabila arus kas dari suatu proyek diasumsikan tetap jumlahnya, maka rumus berikut dapat digunakan:
Perioda pengembalian = Investasi semula / Arus Kas Tahunan
Akan tetapi, jika arus kas tidak tetap jumlahnya maka perioda pengembalian dihitung dengan menambahkan arus kas tahunan sampai waktu ketika investasi awal diperoleh kembali.
Salah satu cara untuk menggunakan perioda pengembalian adalah dengan menetapkan suatu perioda pengembalian maksimum pada seluruh proyek dan menolak setiap proyek yang melewati tingkat ini. Dan perioda pengembalian ini dapat digunakan sebagai ukuran dari resiko, dengan pengertian bahwa semakin lama suatu proyek menghasilkan uang semakin beresiko proyek tersebut.
Perioda pengembalian dapat digunakan untuk memilih alternatif-alternatif yang saling bersaing. Menurut pendekatan ini, investasi dengan perioda pengembalian terpendek lebih disukai dari pada investasi dengan periode pengembalian yang lebih panjang. Berikut adalah beberapa hal yang dapat diambil oleh para manajer dengan menggunakan metoda non diskonto perioda pengembalian:
a. Membantu mengendalikan resiko yang berhubungan dengan ketidakpastian arus kas masa depan.
b. Membantu meminimalkan dampak investasi terhadap masalah likuiditas perusahaan.
c. Membantu mengendalikan resiko keuangan.
d. Membantu mengandalikan pengaruh investasi terhadap ukuran kinerja.
Namun, penggunaan perioda pengembalian kurang dapat dipertahankan karena ukuran ini memiliki dua kelemahan utama, yaitu;
a. Mengabaikan kinerja investasi yang melewati perioda pengembalian
b. Mengabaikan nilai waktu uang.
2. Tingkat Pengembalian Akuntansi
Tingkat pengembalian akuntansi merupakan model non diskonto kedua yang umum digunakan. Tingkat pengembalian akuntansi mengukur pengembalian atas suatu proyek dalam kerangka laba, bukan dari arus kas proyek.
Rumus perhitungan tingkat pengembalian akuntansi adalah sebagai berikut :
Tingkat pengembalian akuntansi : Laba rata-rata/Investasi awal atau rata-rata
Investasi rata-rata : (Investasi awal + Nilai Sisa)/2
B. Model Diskonto
Model ini secara eksplisit mempertimbangkan nilai waktu dari uang dan memasukan konsep diskonto arus kas masuk dan arus kas keluar.
- Nilai Bersih Sekarang (Nev Present Value/NPV)
Adalah selisih antara nilai sekarang dari arus kas masuk dan arus kas keluar yang berhubungan dengan suatu proyek .
NPV = [(ΣCFt/(1+i)t] – I
= [ΣCFtdft] – I
= P – I
Dimana,
I : Nilai Sekarang dari biaya proyek
CFt : Arus kas masuk yang diterima dalam perioda t , dengan t= 1
n : Umur manfaat proyek
i : tingkat pengembalian yang diperlukan (required rate of return), yaitu adalah tingkat pengembalian minimum yang dapat diterima, hal itu juga disebut sebagai tingkat diskonto, tingkat rintangan, atau tingkat batas, dan biaya modal.
t : Perioda waktu
P : Nilai sekarang dari arus kas masuk proyek di masa depan.
Nilai NPV positif menandakan bahwa :
1. Investasi awal telah tertutupi
2. Tingkat pengembalian yang diperlukan telah dipenuhi
3. Pengembalian yang melebihi (1) dan (2) telah diterima.
Jadi jika NPV lebih besar dari pada nol maka investasi itu menguntungkan dan dapat diterima. Begitu sebaliknya apabila kurang dari nol.
Contoh Kasus:
1.      sebuah proyek memerlukan investasi Rp10.000.000 dan akan
memberikan return Rp12.000.000 setelah satu tahun. Berapakah IRR-nya?
Rp12.000.000
/(1 + i) = Rp10.000.000
1 + i
 = 1.2
i
 = 0.20
2.      Aloha Company ingin membeli mesin otomatis yang menggunakan teknologi
komputerisasi terbaru. Pembelian mesin otomatis tersebut memerlukan biaya
sebesar Rp2.400.000,00. Mesin tersebut dianggap memiliki umur ekonomis
selama 5 tahun tanpa adanya nilai residual. Setiap tahunnya, Aloha mengharapkan
pendapatan kas sebesar Rp3.900.000,00 dan pengeluaran kas sebesar Rp
3.000.000,00. Diminta:
a.      Hitunglah payback period untuk mesin otomatis tersebut!
b.  Hitunglah ARR (accounting rate of return) dengan menggunakan (1) investasi
awal dan (2) investasi rata-rata!
c.      Hitunglah NPV dengan asumsi tingkat return yang diharapkan 10%!
d.      Hitungkah IRR mesin otomatis!
e.       Apakah sebaiknya Aloha Company membeli mesin tersebut?

Jawab:
Arus kas bersih/tahun = arus kas masuk - arus kas keluar
= Rp3.900.000 - Rp3.000.000
= Rp900.000,00 per tahun
a.      Payback period = Rp2.400.000/Rp900.000 per tahun
= 2,67 tahun
= 2 tahun 8 bulan
b.      Penyusutan=Rp2.400.000/5tahun=Rp480.000,00/tahun
Laba bersih = arus kas/tahun - penyusutan
= Rp900.000 - Rp480.000
= Rp420.000,00
(1)  ARR (investasi awal) = Rp420.000/Rp2.400.000 = 17,5%
(2)  ARR (investasi rata-rata) = Rp420.000/(Rp2.400.000/2) = 35%
c. NPV
(1) Menggunakan tingkat diskonto yang tersedia di tabel (faktor diskonto
10%) atau menghitung dengan kalkulator sesuai dengan rumus: CFt/(1 + i)
Tahun
Arus Kas
Faktor Diskonto
Nilai Sekarang
0
(Rp2.400.000)
1,00
(Rp2.400.000)
1
Rp900.000
0,909
Rp818.100
2
Rp900.000
0,826
Rp743.400
3
Rp900.000
0,751
Rp675.900
4
Rp900.000
0,683
Rp614.700
5
Rp900.000
0,621
Rp558.900
Total arus kas masuk
Rp3.411.000
NPV
Rp1.011.000

(2) Menggunakan faktor diskonto tunggal (koefisien anuitas)
Tahun
Arus Kas
Faktor Diskonto
Nilai Sekarang
0
(Rp2.400.000)
1,00
(Rp2.400.000)
1-5
Rp900.000
3,791
Rp3.411.900
NPV
Rp1.011.900[1]


Diketahui bahwa faktor diskonto adalah 2,67. Selanjutnya karena investasi ini
mempunyai periode 5 tahun maka kita mencarinya di tabel diskonto pada baris
kelima. Kita temukan bahwa nilai 2,67 berada di antara nilai 2,745 (diskonto
24%) dan 2,635 (diskonto 26%). Dengan demikian faktor diskonto dari
investasi ini adalah antara 24% - 26% dengan kecenderungan mendekati 26%.
e. Dengan memperhatikan perhitungan terhadap return investasi dengan berbagai
metode, antara lain: periode pengembalian 2 tahun 8 bulan, ARR investasi
awal 17,5 dan ARR investasi rata-rata 35%, NPV positif sebesar Rp1.011.000,
IRR mendekati 26% (lebih besar dari return yang diharapkan, yaitu 10%),
maka sebaiknya Aloha Company membeli mesin otomatis tersebut.