PLTN
termasuk dalam pembangkit daya base load, yang dapat bekerja
dengan baik ketika daya keluarannya konstan (meskipun boiling water reactor dapat turun hingga
setengah dayanya ketika malam hari). Daya yang dibangkitkan per unit pembangkit
berkisar dari 40 MWe hingga 1000 MWe. Unit baru yang
sedang dibangun pada tahun 2005 mempunyai daya 600-1200 MWe. Reaktor
nuklir yang pertama kali membangkitkan listrik adalah stasiun pembangkit
percobaan EBR-I pada 20 Desember
1951 di dekat Arco, Idaho, Amerika
Serikat. Pada 27
Juni 1954, PLTN
pertama dunia yang menghasilkan listrik untuk jaringan listrik (power
grid) mulai beroperasi di Obninsk, Uni Soviet
[1]. PLTN skala komersil
pertama adalah Calder Hall di Inggris yang
dibuka pada 17
Oktober 1956.
Keuntungan dan kekurangan
Keuntungan PLTN dibandingkan dengan pembangkit daya utama lainnya adalah:
- Tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca (selama operasi normal) - gas rumah kaca hanya dikeluarkan ketika Generator Diesel Darurat dinyalakan dan hanya sedikit menghasilkan gas)
- Tidak mencemari udara - tidak menghasilkan gas-gas berbahaya sepert karbon monoksida, sulfur dioksida, aerosol, mercury, nitrogen oksida, partikulate atau asap fotokimia
- Sedikit menghasilkan limbah padat (selama operasi normal)
- Biaya bahan bakar rendah - hanya sedikit bahan bakar yang diperlukan
- Ketersedian bahan bakar yang melimpah - sekali lagi, karena sangat sedikit bahan bakar yang diperlukan
- Baterai nuklir - (lihat SSTAR)
Berikut ini berberapa hal yang menjadi kekurangan
PLTN:
- Risiko kecelakaan nuklir - kecelakaan nuklir terbesar adalah kecelakaan Chernobyl (yang tidak mempunyai containment building)
- Limbah nuklir - limbah radioaktif tingkat tinggi yang dihasilkan dapat bertahan hingga ribuan tahun. AS siap menampung limbah ex PLTN dan Reaktor Riset. Limbah tidak harus disimpan di negara pemilik PLTN dan Reaktor Riset. Untuk limbah dari industri pengguna zat radioaktif, bisa diolah di Instalasi Pengolahan Limbah Zat Radioaktif, misal yang dimiliki oleh BATAN Serpong.
Sertiap
orang memiliki pemikiran dan kesimpulan masing-masing dalam sebuah masalah. Tapi
dalam masalah pembuatan pembangkit listrik tenaga nuklir ini saya tidak setuju.
Karena menurut saya terlalu banyak resikonya untuk dibangun di kota jakarta,
pembangunan pembangkit berbahan bakar nuklir sebaiknya tidak
dilakukan di pusat pemerintah seperti Jakarta. Apalagi Jakarta telah memiliki
pasokan yang memadai dari sistem kelistrikan Jawa Bali.Jakarta itu lebih baik
dipasok dari berbagai daerah. Jepang saja tidak membangun PLTN di ibukota
negara,biaya investasi untuk membangun PLTN juga jauh lebih mahal dibandingkan
pembangkit jenis lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar